Feeds:
Posts
Comments

Archive for May, 2013

babakan_siliwangi

Minggu 12 Mei 2013, PT EGI mengadakan konferensi pers bahwa mereka sudah memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) dan akan merealisasikan rencana pembangunan restoran di Babakan Siliwangi. Peletakan batu pertamanya bahkan ditargetkan sebelum bulan Ramadhan tiba. Menanggapi hal itu, Selasa 14 Mei 2013, bertempat di Aula Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatera Kota Bandung, sejumlah tokoh masyarakat Kota Bandung berkumpul untuk menolak pembangunan restoran tersebut. Gerakan “Merebut Kembali Babakan Siliwangi” ini terus berlanjut.

Pada Senin, 20 Mei 2013 Semua elemen masyarakat yang peduli dengan Babakan Siliwangi berkumpul di Babakan Siliwangi untuk melakukan aksi berupa orasi, atraksi kesenian, pembukaan seng yang menutupi Babakan Siliwangi, dan menyampaikan penolakan kepada Pemerintah Kota. Seng Babakan Siliwangi ini selanjutnya dipamerkan di Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Bandung. Penolakan terhadap komersialisasi Babakan Siliwangiini akan terus berlanjut selama Pemerintah Kota Bandung dan PT EGI bersikukuh untuk mendirikan restoran atau komersialisasi Babakan Siliwangi

Persoalan rencana komersialisi Babakan Siliwangi sudah berlangsung sejak lama. Berbagai gerakan untuk memprotes rencana itu dilakukan warga Bandung. Akan tetapi, PT EGI dan Pemerintah Kota Bandung tetap keukeuh akan membangun restoran di Babakan Siliwangi. Hasrat kapitalisme telah membelenggu Pemerintah Kota sehingga tidak ada kebijakan untuk menghentikan rencana komersialisasi Babakan Siliwangi. Pemerintah Kota dan PT EGI bahkan memiliki hasrat yang sangat besar untuk ngageugeuh atau menguasai Babakan Siliwangi dan merampasnya dari warga kota.

Babakan Siliwangi adalah hutan kota dan ruang publik milik warga. Karena ia ruang publik yang di dalamnya warga kota dapat belajar, bermain, beraktivitas, ia tidak boleh dikomersialisasi dalam bentuk apa pun. Ia mesti tetap menjadi ruang milik warga kota, bukan ruang yang dikuasai segelintir orang demi kepentingan komersil atau kepentingan apa pun yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja

Kekuasaan di Ruang Publik
Dalam konsep ruang publik, Habermas menyatakan bahwa sesungguhnya kekuasaan berasal dari bawah, dari rakyat, bukan dari pemerintah atau birokrat. Ruang publik bukan ruang bagi kepentingan kaum elit politik dan pengusaha. Ruang publik adalah ruang bagi warga untuk memperbincangkan persoalan-persoalan publik, beraktivitas, bermain, belajar, dan melakukan berbagai kegiatan lain. Oleh sebab itu, warga kota berhak untuk ngageugeuh atau “menguasai” Babakan Siliwangi karena Babakan Siliwangi adalah milik mereka.

Konsep menguasai di sini berasal dari konsep “kekuasaan” yang dinyatakan Hannah Arendt. F. Budi Hardiman dalam buku Ruang Publik: Melacak Partisipasi Demokratis dari Polis sampai Cyberspace menjelaskan bahwa “kekuasaan” (Macht) menurut Arendt adalah gerakan solidaritas atau partisipasi warga. Hal inijustru berbeda dengan dominasi struktural yang dimiliki oleh sebuah rezim. Dominasi struktural yang dimiliki sebuah rezim lebih tepat disebut dengan istilah lain, yaitu “kekerasan” (Gewalt).

Dalam konsep kekuasaan ini, tidak terdapat kemampuan untuk memaksa atau memerintah orang lain, melainkan pada kenyataan bahwa warga negara berkumpul dan bertindak bersama untuk mengubah keadaan. Lokus kekuasaan di sini tidak berasal atau bukan berada di meja-meja para birokrat atau pun di kantor-kantor para pengusaha, melainkan di dalam forum-forum, inisiatif-inisiatif, atau gerakan-gerakan warga yang peduli dengan kepentingan publik. Hutan Kota Babakan Siliwangi adalah ruang publik yang di sana warga kota memiliki “kekuasaan”untuk membuka forum-forum, mendiskusikan inisiatif-inisiatif, gerakan-gerakan untuk kepentingan publik, dan berbagai aktivitas lainnya.

Warga kota mesti bergerak untuk menjaga dan mempertahankan agar hutan kota miliknya itu tidak dirampas untuk kepentingan komersial yang menguntungkan kapitalis. Warga kota mesti melakukan gerakan untuk menyampaikan aspirasi mereka, melawan dominasi kapitalis dan kesewenang-wenangan pemerintah. Hutan kota Babakan Siliwangi adalah “rumah” bagi kepublikan warga kota.

Mitos “Hijau” dan Hegemoni Kapitalis
Dalam konferensi Persnya, PT EGI mengatakan bahwa pembangunan restoran di Babakan Siliwangi tidak akan merusak lingkungan karena PT EGI akan mengusung konsep “Keep Baksil Green”. Jika dilihat dalam pandangan Barthes, penggunaan konsep “Keep Baksil Green” dapat dikategorikan sebagai mitos. Mitos adalah sebuah bentuk distorsi, deformasi, atau sebuah topeng. Mitos bekerja dengan “perampokan bahasa” (language robbery).

Penggunaan konsep “Keep Baksil Green” adalah sebuah perampokan bahasa. Kata “hijau” (green) yang merujuk pada sebuah gerakan pelestarian lingkungan atau gerakan ramah lingkungan (go green, keep green, green lifestyle) dirampok demi kepentingan komersial dan menutupi tindakan perusakan lingkungan. Pembangunan restoran di lahan hutan kota bagaimana pun akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan merampas hak warga kota atas ruang publiknya. Mitos bekerja dengan cara pewajaran atau naturalisasi sehingga hal ini dapat ditutupi.

Dengan konsep hijau ini, mitos akan bekerja membuat warga kota mempercayai bahwa tidak terjadi apa-apa di Babakan Siliwangi, semuanya berjalan dengan wajar tanpa ada yang harus dipertanyakan atau diprotes. Dengan hal ini pula, hegemoni kapitalis akan mendominasi wargakota. Tony Thwaites, et.al., dalam Introducing Cultural and Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik; menyatakan bahwa hegemoni adalah bentuk ideologi yang di dalamnya nilai dan kepentingan kelompok hegemonik dialami oleh kelompok lainnya sehingga menjadi milik mereka sendiri, dan telah disetujui.

Hegemoni masuk ke dalam kehidupan orang tanpa mereka sadari bahwa mereka telah dikuasai oleh hal tertentu. Mereka akan menganggap dan menyadari bahwa hal tersebut adalah bagian dari hidupnya. Dengan hegemoni, pembangunan restoran di Babakan Siliwangi hadir seakan-akan sebagai hal yang natural, harus kita terima, setujui, dan kita dukung.

Pembangunan restoran di Babakan Siliwangi belum dilakukan, mesti sudah dipastikan akan dilakukan Pemerintah Kota Bandung dan PT EGI. Belum terlambat untuk mencegah (tidak hanya menolak) pembangunan itu. Warga kota mesti bergerak dan menunjukkan bahwa warga kotalah nungageugeuh Babakan Siliwangi, bukan segelintir orang yang memiliki modal itu! Dan menunjukkan kepada mereka, Ieu leuweungaing, lain nu maneh!***

Jejen Jaelani,
Anggota Forum Studi KebudayaanInstitut Teknologi Bandung

Read Full Post »

03_foto_pembukaan_pameran_s3Abah Cakra, sesepuh jawara Kota Bandung memberi sambutan pembukaan.

Ratusan warga Bandung menghadiri pembukaan pameran seri rupa “S-3: Senisasi Seng Siliwangi” di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jl. Naripan 7, Bandung, kemarin malam (25/05).

Hadirin yang berdatangan meliputi berbagai kalangan. Di antara mereka ada pemerhati seni Aminuddin TH Siregar dan Acep Iwan Saidi, seniman dan penggiat seni Gustaff Harriman Iskandar, akitivis politik Hidayat Wijaya Kusuma, penyair Matdon, penulis Monna Sylviana, penulis Setiaji Purnasatmoko, aktivis lingkungan Taufan Suranto, keluarga keturunan Dalem Bandung Wiranatakusumah, jurnalis, dan mahasiswa.

04_foto_pembukaan_pameran_s3Isa Perkasa, Tisna Sanjaya, & Diyanto mengekspresikan kritik & refleksi sejarah gerakan kebudayaan di Kota Bandung.

Acara itu diisi dengan performance art oleh seniman Mas Nanu Muda, Isa Perkasa, dan Diyanto, serta pembacaan puisi oleh penyair Deddy Koral dan Hikmat Gumelar. Turut memberikan sambutan dalam acara yang sama antara lain Direktur Walhi Jabar Dadan Ramdan, pendiri Paguyuban Sundawani Wirabuana Robby Maulana Dzulkarnaen, pupuhu Aliansi Kulawarga Sunda Nusantara (Aksan) Yuke Muhammad Solihin, seniman Ropih Amantubillah, budayawan Aat Soeratin, juga tokoh jawara Abah Cakra dan Ki Murtala.

Dalam orasinya yang menandai pembukaan pameran ini, seniman Tisna Sanjaya sebagai salah seorang penggagas pameran ini antara lain mengatakan, pameran “Senisasi Seng Siliwangi” merupakan bagian dari gerakan budaya untuk memperjuangkan kelestarian hutan kota Babakan Siliwangi dan ruang terbuka hijau lainnya di kota Bandung. Kegiatan ini diharapkan menjadi semacam oase budaya yang diperlukan untuk memulihkan kesadaran segenap warga kota akan pentingnya lingkungan alam hijau yang terjaga dari berbagai ancaman keserakahan kuasa politik dan ekonomi yang cenderung menistakan alam dan hak warga kota.

Tisna juga mengatakan, pameran seni rupa ini akan berlangsung selama tiga minggu. Selama pameran di tempat yang sama akan pula diselenggarakan diskusi, pentas seni, cermah, dan lain-lain dengan tujuan mempertemukan berbagai kalangan warga kota yang perduli akan kelestarian hutan kota.

01_foto_pembukaan_pameran_s3“Anu ngabela Babakan Siliwangi kudu budak ngora anu bebas kepentingan!” Yoke Muhamad Solihin (Perkumpulan Aksan)

Dalam pameran ini masyarakat dapat mengamati lukisan dan gambar pada media seng yang berasal dari pagar yang sempat menutupi hutan kota dunia Babakan Siliwangi, foto dan video mengenai kegiatan warga Bandung dalam upaya bersama memperjuangkan kelestarian Babakan Siliwangi, khususnya menyangkut arak-arakan budaya pada 20 Mei lalu. Pengunjung pameran juga dapat menyimak petisi Forum Warga Peduli Babakan Siliwangi yang menolak kebijakan Walikota Bandung Dada Rosada yang mengizinkan perusahaan swasta PT Esa Gemilang Indah (EGI) untuk membangun restoran di hutan kota itu.

Sementara itu pupuhu Aksan Yuke Muhammad Solihin mengemukakan, pihaknya akan menggelar pentas rampak kendang di Babakan Siliwangi pada 7 Juni mendatang. Dikatakan, kegiatan yang akan melibatkan sejumlah besar penabuh kendang itu merupakan bagian dari upaya warga kota untuk menunjukkan rasa memilikinya akan hutan kota dunia Babakan Siliwangi.***

Read Full Post »

Pagi ini, mulai jam 07.30 WIB, sekitar 200 mahasiswa peserta Indonesia Student and Youth Forum, yang bekerja sama dengan Sahabat Walhi menanam pohon di Babakan Siliwangi.

Peserta Indonesia Student and Youth Forum datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Kali ini di antara mereka ada pula peserta yang datang dari tempat belajar mereka di Malaysia dan Filipina. Para mahasiswa berusia sekitar 17 – 20 tahun itu dipilih dari sekitar 1.013 pendaftar berdasarkan kegiatan sosial di daerah masing-masing.

“Kedua ratus peserta forum ini diajak ke Baksil untuk penanaman pohon sebagai perlawanan terhadap pembangunan di Babakan Siliwangi, lalu menyampaikan petisi penolakan juga,” tutur Nurul Asri Mulyani, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad yang mengikuti forum itu.

Sementara itu kemarin aktivis Walhi Jabar mendapati tenda yang mereka pasang di Babakan Siliwangi dibongkar oleh orang tak dikenal. Perlengkapan tenda berukuran 4 X 5 meter itu ditemukan tercampak di selokan.

Warga Bandung yang menolak perusakan Babakan Siliwangi sepakat untuk mendirikan tenda darurat di hutan kota dunia itu. Para aktivis akan secepatnya mendirikan kembali tenda di sana.***

Read Full Post »

Undangan Terbuka: [Pameran S-3] Senisasi Seng Siliwangi | 25 Mei – 14 Juni 2013
Tempat: Gedung YPK Naripan, Jl. Naripan no. 7
Pembukaan: Sabtu, 25 Mei 2013, pk. 18.30 WIB – selesai

Pengantar
“Senisasi Seng Siliwangi” adalah judul pameran seni rupa yang akan diselenggarakan di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), di Jalan Naripan No. 7, Bandung. Pameran ini merupakan lanjutan dari gerakan budaya menentang komersialisasi Babakan Siliwangi, hutan kota dunia di Bandung. Dengan senisasi seng, terkandung maksud untuk mempertanyakan komersialisasi hutan.

Karya seni yang akan dipamerkan berupa gambar pada media seng. Lempengan sengnya berasal dari pagar yang menutupi Babakan Siliwangi. Kerubung seng itu dibuat oleh PT Esa Gemilang Indah (EGI), perusahaan swasta yang mendapat izin mendirikan bangunan dari pemerintah Kota Bandung pimpinan Walikota Dada Rosada. Warga kota memprotes kebijakan tersebut dengan menggambari pagar seng itu. Baru-baru ini berbagai kalangan warga kota membongkar pagar itu lalu mengusungnya dalam bentuk arak-arakan budaya ke Balai Kota.

Seniman lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Muhammad Zico Albaiquni dan kawan-kawan, dengan dibantu oleh seniman Tisna Sanjaya, Diyanto, Isa Perkasa, Deden Sambas, dan lain-lain telah menata lukisan-lukisan seng karya puluhan seniman Bandung itu di ruang pameran. Lukisan-lukisan itu tergantung bertumpuk memenuhi dinding galeri. Sebagian lainnya ditumpuk di atas meja kayu di dalam ruangan, membentuk instalasi.

Pameran ini akan dibuka pada Sabtu, 25 Mei 2013, jam 18.30 WIB. Sesepuh Siliwangi Letjen TNI (Purn.) Dr. (HC) Solihin G. P. diharapkan akan membuka pameran ini. Acara pembukaan pameran akan diisi dengan orasi, seni pertunjukan, dll. Pameran ini akan berlangsung selama tiga minggu. Pameran ini, termasuk acara pembukaannya, terbuka untuk umum dan tidak memungut bayaran kepada pengunjung.

Senang sekali hati kami jika Saudara sekalian sudi meluangkan waktu untuk menghadiri acara pembukaan pameran ini.

Salam hormat,

Hawe Setiawan
Bagian Publikasi Pameran S-3

Read Full Post »

Dalam siaran persnya yang dikutip oleh beberapa media hari ini, juru bicara PT Esa Gemilang Indah (EGI) Dadan Hendaya antara lain mengatakan, “Sebanyak 40-an pepohonan yang ada di lahan seluas sekitar 1.100 m2 yang akan dibangun restoran (dua lantai menjadi 2.197 m2) akan dipindahkan ke kawasan hutan lainnya di Baksil,” papar Dadan seperti dikutip oleh harian Galamedia hari ini.

Sebanyak 40-an pepohonan … akan dipindahkan”. Masya Allah! Katakan saja akan ditebang! Pepohonan tinggi di Babakan Siliwangi toh tidak bisa “dipindahkan” sebagaimana meja atau kursi dipindahkan dari satu ke lain ruangan.

Pernyataan juru bicara PT EGI yang menanggapi demonstrasi berbagai kalangan masyarakat atas ancaman perusakan hutan kota Babakan Siliwangi kemarin itu jelas mewartakan bahwa perusahaan swasta ini bersikeras untuk mengubah hutan kota menjadi restoran.

PT EGI itu sudah kaya. Dia bisa membangun restoran di mana saja, asal jangan di Babakan Siliwangi,” ujar Mira G. Wiranatakusumah dalam orasinya di hadapan ratusan orang yang berkerumun di Babakan Siliwangi kemarin.

Hal senada juga dikatakan oleh seniman Tisna Sanjaya dan tokoh lainnya yang menekankan pentingnya hutan kota Babakan Siliwangi dijaga biar lestari. “Kita harus menjaga kelestarian hutan kota Babakan Siliwangi yang tinggal ‘sacangkewok’ ini! Di kota Bandung ini sudah banyak restoran, sudah banyak mal. Yang kita butuhkan adalah hutan kota untuk kesehatan kita, untuk paru-paru kota,” teriak Tisna dengan pengeras suara dari atap mobil yang mengawali arak-arakan demonstran di halaman Balai Kota Bandung kemarin.

Rencana para aktivis untuk mendirikan tenda darurat di Babakan Siliwangi menjadi kian mendesak. Dengan itu, warga kota bisa terus memantau keadaan di Babakan Siliwangi, terutama pada malam hari. Bukan tidak mungkin kaki tangan PT EGI akan diam-diam menebang pepohonan di Babakan Siliwangi ketika warga kota “bongoh”.

Langkah yang tak kurang pentingnya adalah kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan kesadaran untuk mencintai pepohonan itu sendiri. Pada 25 Mei mendatang, misalnya, ratusan peserta Indonesia Youth Forum dari berbagai wilayah di negeri ini akan mengadakan penanaman pohon di Babakan Siliwangi. Kegiatan tersebut akan terselenggara berkat kerja sama antara penyelenggara forum yang berlangsung di Bandung dari 23 hingga 26 Mei itu dan Walhi Jabar.

Read Full Post »

Babakan_Siliwangi_07

Sekitar tiga ribu orang mengikuti arak-arakan SILIWANGI NGABABAKAN DEUI di Bandung siang tadi. Unjuk rasa menolak komersialisasi Hutan Kota Babakan Siliwangi ini berlangsung tertib dengan kawalan polisi di depan dan belakang, dimulai dari kawasan Lebak Siliwangi, melewati Jalan Ir. H. Djuanda dan Jalan Merdeka, hingga ke halaman Balai Kota.

Dimulai dengan rangkaian orasi dari penggagas demonstrasi dan sejumlah tokoh masyarakat, kegiatan ini ditandai dengan upacara ruwatan yang dilaksanakan oleh seniman Mas Nanu Mudajat dan kawan-kawan. Massa kemudian bersama-sama membongkar pagar seng milik P.T. EGI, perusahaan swasta yang mendapat izin dari pemerintah Kota Bandung untuk membangun tempat usaha di hutan kota itu, yang selama ini menutupi Babakan Siliwangi. Lempengan seng yang telah dilukisi oleh para seniman itu kemudian diarak ke Balai Kota, termasuk beberapa di antaranya yang diusung dengan jampana oleh sejumlah seniman penggotong sisingaan.

Babakan_Siliwangi_02

Pembongkaran seng dan arak-arakan dimulai dengan lantunan tembang pangrajah dari penembang terkemuka Neneng Dinar dari atas atap mobil komando demonstrasi. Sepanjang jalan, arak-arakan juga diwarnai dengan lantunan lagu-lagu kliningan. Sementara seniman Tisna Sanjaya, Direktur Walhi Jabar Dadan Ramdan Harja, pendiri Paguyuban Sundawani Robby Maulana Dzulkarnaen dan aktivis lainnya sibuk mengatur jalannya arak-arakan, antara lain dengan menyampaikan orasi sepanjang jalan.

Massa yang turut dalam aksi ini berasal dari berbagai komunitas, antara lain Paguyuban Pasundan, Walhi Jabar, Paguyuban Sundawani, Aliansi Keturunan Sunda Nusantara (Aksan), Padepokan Cipageran, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Common Room, Bandung Creative City Forum (BCCF), dan belasan komunitas lainnya. Hadir pula sejumlah tokoh seperti sesepuh Siliwangi Solihin G. P., penyanyi Acil Bimbo, politisi Mira Gnagey, seniman Isa Perkasa, seniman Diyanto, penulis Hikmat Gumelar, penulis Mona Sylviana, pemusik Harry Pocang, seniman Aat Soeratin, seniman Asep Berlian, pengacara Dindin S. Maolani, pengacara Memet S. Hakim, politisi Memet Hamdan, politisi Boeky Wikagoe, calon walikota Budi Setiawan, calon walikota Ridwan Kamil, dan masih banyak lagi, termasuk sejumlah tokoh dari kalangan Tionghoa-Indonesia di Bandung. Ikut serta pula sejumlah mahasiswa aktivis kampus dari Bandung dan sekitarnya.

Babakan_Siliwangi_05

Sesepuh Siliwangi Solihin G. P. Ikut bergabung dengan massa setelah mengikuti perayaan ulang tahun ke-67 Kodam Siliwangi di tempat lain. Baik di Babakan Siliwangi maupun di halaman Balai Kota, tokoh berusia 87 tahun itu ikut berbicara di hadapan orang banyak, antara lain dengan melontarkan kecaman terhadap Walikota Dada Rosada yang dinilainya serakah sehingga kepentingan pribadinya sampai mengorbankan kepentingan orang banyak. Solihin juga mengingatkan Dada beserta aparatnya untuk tidak melawan kehendak rakyat.

“Cing atuh, euy. Geus sapuluh taun nyepeng kakawasaan, bet euweuh waregna kukumpul keur pangsiun téh. Na hayang dua puluh taun kitu nyepeng kakawasaan téh, nepi ka ngasong-ngsongkeun pamajikan. Aing éra!” begitu antara lain kecaman Solihin terhadap Dada yang disambut dengan tempik sorak massa di halaman Balai Kota. Kecaman senada juga dia lontarkan dalam orasinya di Babakan Siliwangi menjelang arak-arakan. Solihin bahkan ikut mencabut seng di Babakan Siliwangi didampingi oleh Tisna Sanjaya yang secara simbolis mengawali pembongkaran pagar seng yang mengungkung hutan kota itu.

Babakan_Siliwangi_04

Baik Walikota Dada Rosada maupun Sekretaris Daerah Edi Siswadi, dua pejabat yang terpaut pada kontroversi komersialisasi Babakan Siliwangi, dikabarkan tidak ada di Balai Kota. Keduanya dikabarkan sedang berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hanya Wakil Walikota Ayi Vivananda yang keluar menemui massa di halaman Balai Kota. Atas desakan massa, Ayi ikut menandatangani petisi penolakan komersialisasi Babakan Siliwangi. Dia mengatakan, secara pribadi dirinya selalu mendukung kegiatan pelestarian Babakan Siliwangi. Namun, dia dikritik pula oleh Solihin yang mengingatkan agar sebagai pemimpin Ayi seharusnya menyatakan dukungannya terhadap tuntutan masyarakat secara bulat, tidak setengah-setengah. “Ulah jadi pengkhianat, Ayi!” ujar Solihin.

Sepeninggal Ayi dari antara kerumunan, massa mendesak agar ada anggota DPRD Kota Bandung yang datang menemui mereka. Setelah beberapa saat massa berteriak-teriak, keluarlah Haru Suhandaru, salah seorang anggota DPRD Kota Bandung beserta beberapa pejabat sekretariat DPRD Kota Bandung. Dia juga menyatakan dukungannya atas aspirasi massa dan berjanji bahwa dalam satu atau dua hari mendatang untuk berembuk dengan sesama anggota DPRD Kota Bandung untuk menyarankan pemerintah Kota Bandung agar segera membatalkan surat izin mendirikan bangunan di Babakan Siliwangi kepada PT EGI.

Sementara itu, upaya-upaya untuk melakukan gugatan hukum atas kebijakan pemerintah Kota Bandung yang mengamini kepentingan PT EGI di Babakan Siliwangi terus ditempuh oleh para aktivis. Adapun lukisan-lukisan seng yang diarak dari Babakan Siliwangi itu kemudian diangkut ke galeri Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) di Jalan Naripan untuk dipamerkan sebagai karya seni buat publik.***

Read Full Post »

Rapat teknis menjelang aksi MEREBUT KEMBALI BABAKAN SILIWANGI tadi siang, Kamis, 16 Mei 2013, berlangsung di Sekretariat Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatra 41 Bandung. Rapat dibuka oleh Sekjen Paguyuban Pasundan Dedi Hadian, selanjutnya dipandu oleh Direktur Walhi Jawa Barat Dadan Ramdan Harja I . Hadirin meliputi seniman Tisna Sanjaya, seniman Mas Nanu Muda, saya sendiri, pemuka Paguyuban Sundawani Robby Maulana Dzulkarnaen, penulis Hikmat Gumelar, penulis Mona Sylviana, dan sejumlah orang lainnya. Hasil rapat:

  1. Sehari menjelang aksi, Minggu, 19 Mei 2013, jam 11.00 WIB akan diadakan konferensi pers di Babakan Siliwangi, oleh penggagas aksi untuk menyebarluaskan gagasan seputar latar belakang, tujuan, dan bentuk aksi, serta hal-ihwal lainnya yang berkaitan dengan rencana aksi.
  2. Senin, 20 Mei 2013, dimulai dari jam 08.00 WIB, akan diadakan aksi MEREBUT KEMBALI BABAKAN SILIWANGI. Aksi ini akan berupa arak-arakan dari Babakan Siliwangi menuju Balai Kota Bandung. Sebelum arak-arakan, akan diadakan upacara ruwatan “mipit” di Babakan Siliwangi. Dalam arak-arakan sejumlah lukisan yang dibuat pada lempengan seng yang selama ini menutupi Babakan Siliwangi akan diusung dengan jampana dengan diiringi oleh barisan massa dari berbagai kalangan. Di Balai Kota peserta aksi akan berupaya menemui Walikota Dada Rosada untuk menyampaikan petisi berisi keberatan warga kota terhadap perusakan hutan kota Babakan Siliwangi. Target aksi adalah mendesak Walikota Dada Rosada untuk mencabut kembali izin mendirikan bangunan yang telah diberikan kepada PT EGI.

Saudara sekalian yang akan bergabung dalam aksi ini diharapkan berkumpul di Babakan Siliwangi pada waktu yang telah ditentukan. Rute arak-arakan dan hal-ihwal lainnya akan diberitahukan kepada peserta aksi sebelum aksi dimulai.

Dengan sikap santun dan tindakan nyeni, kita akan berderap untuk menyampaikan suara hati warga kota. Mari, Saudara, kita rebut kembali!

Read Full Post »

siaga_babakansiliwangi

Pertemuan berbagai kalangan masyarakat (pengacara, aktivis, politisi, seniman, mahasiswa, jawara, dll.) di Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatra 41 Bandung, siang tadi, dipandu oleh Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Didi Turmudzi. Hasil pertemuan, sebagaimana yang dirumuskan oleh pengacara Dindin Maolani, antara lain sebagai berikut:

  1. Hadirin sepakat untuk bersama-sama mengadakan gerakan MEREBUT BABAKAN SILIWANGI
  2. Gerakan ini antara lain akan menempuh jalur sosial budaya dan jalur hukum yang berjalan seiring.
  3. Pada hari Senin, tanggal 20 Mei 2013, mulai pukul 9.00 WIB akan berlangsung aksi massa berupa pembongkaran pagar seng yang mengepung Babakan Siliwangi, memperbaiki pagar lama yang mungkin telah rusak, mengarak sekitar 98 lapis seng yang telah digambari oleh seniman ke Balai Kota dan memamerkannya di galeri. Aksi ini akan dikemas dalam bentuk ruwatan dan akan melibatkan sebanyak mungkin kalangan.
  4. Koordinasi menjelang, ketika, dan setelah aksi massa tersebut akan berpusat di sekretariat Paguyuban Pasundan, Jl. Sumatra 41 Bandung.
  5. Petisi penolakan masyarakat atas perusakan Hutan Kota Babakan Siliwangi akan disampaikan kepada pemerintah kota berbarengan dengan pelaksanaan aksi massa tersebut.

Kepada rekan-rekan sekalian, ayo hadir dalam aksi warga untuk merebut kembali Babakan Siliwangi pada hari Senin, 20 Mei 2013, mulai pukul 09.00 WIB di Babakan Siliwangi. Silahkan isi, tandatangani, & sebarkan petisi melalui tautan berikut: http://chn.ge/10XrpPS

Read Full Post »

141524_baksil

Bandung – PT Esa Gemilang Indah (EGI) akhirnya angkat bicara terkait pembangunan kawasan Babakan Siliwangi (Baksil). Dalam waktu dekat, PT EGI akan membangun restoran di kawasan Baksil, Bandung.

Setelah mendapatkan Izin Mendirikan Bangun (IMB) pada Oktober 2012 lalu, PT EGi rencananya akan meletakkan batu pertamanya sebelum memasuki bulan puasa. Hal itu dikatakan Konsultan Humas PT EGI, Direktur Sentra Suhu Sosial Dadan Hendaya, dalam jumpa pers yang digelar di Babakan Siliwangi, Minggu (12/5/2013).

Perjanjian kerjasama PT EGI dengan Pemerintah Kota Bandung untuk menata kawasan Baksil sejak tahun 2007 menuai protes keras dari warga, tokoh lingkungan dan budayawan. Karena isunya, di kawasan ini akan dibangun mal, kondominium, apartemen dan sejenisnya. Selama kurun waktu tersebut hingga sekarang, PT EGI memang sulit untuk ditemui media.

“Mengapa PT EGI baru melakukan jumpa pers kepada media saat ini, karena selama sebelumnya kami belum memiliki IMB. Kami tidak ingin berpolemik lebih jauh sebelum ada IMB,” terang Dadan.

Sejak memiliki kuasa mendirikan bangunan pada Oktober 2012 lalu, PT EGI baru melakukan persiapan untuk segera membangun restoran.

“PT EGI hanya akan membangun restoran seluas 2.197 meter persegi, tepat di atas lahan restoran yang dulu terbakar,” ujar Dadan.

Menurut Dadan, nantinya restoran tersebut akan di desain berdasarkan bangunan tradisional sunda.

“Dari awal, PT EGI sudh memposisikan diri sebagai pihak swasta yang bekerjasama dengan Pemkot Bandung untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional Sunda. Secara teknis, bentuk restoran nantinya berupa modifikasi bangunan tradisional Sunda, yang selalu berbentuk panggung, memiliki teras, dengan tipe badak heuay,” terangnya.

Rencananya, PT EGI akan meletakan batu pertamanya sebelum bulan puasa tahun ini.

“Tahun ini PT EGI akan melakukan pembangunan. Lama pembangunannya sendiri sekitar 8 hingga 1 tahun,” jelasnya.

(avi/try)

Sumber artikel: Detik News (http://bit.ly/104XhXm)

Read Full Post »